Blog Attention

29 Apr 2012

Asal Mula Sebutan Ketujuh Nama Hari

Ada Beberapa keterangan yang dapat menjadi dasar untuk menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan hal-hal yang berjumlah tujuh pada beberapa alam, antara lain: Allah menciptakan tujuh lapis langit, Allah menciptakan tujuh tingkatan Syurga, Allah telah menciptakan tujuh lapis tingkatan Neraka dan Allah telah mencitakan tujuh Sungai di Syurga. Salah satu diantaranya merupakan topik bahasan pada posting kali ini, yakni ciptaan tujuh lapis langit, kaitannya dengan asal mula sebutan ketujuh nama hari. 

Firman Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya: 
“Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang mukmin”. (QS. Al-Ankabut : 7 )
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”. (QS. Al-Mulk : 3) 

“… dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh”. (QS. An-Naba’ : 12)

Adanya kepercayaan bagi sebagian orang terhadap adanya langit berlapis tujuh telah merujuk dari penjelasan di dalam Al-Qur’an sebagaimana tersebut diatas. Ketujuh lapis langit ini kemudian dikaitkan dengan adanya benda langit yang memiliki jarak yang berbeda. Benda langit yang lebih cepat jaraknya dianggap lebih dekat jaraknya. Kemudian digambarkan seolah-olah benda-benda tersebut berada pada lapisan langit yang berbeda-beda dan mereka mengelilingi bumi yang berada di tengah-tengah.

Di langit pertama ada Bulan, benda langit yang bergerak cepat sehingga di anggap paling dekat. Langit yang kedua ditempati Merkurius (bintang Utarid). Venus (bintang Kejora) ditempat ketiga. Kemudian Matahari di posisi empat. Dilangit kelima adalah Mars (bintang Marikh) langit ke enam adalah Jupiter (bintang musytari) dan yang ketujuh adalah Saturnus (bintang Ziarah). Inilah keyakinan lama yang menganggap Bumi sebagai pusat semesta.

Orang-orang dahulu (khususnya Romawi dan Yunani) juga percaya bahwa ketujuh benda langit itu adalah dewa-dewa yang memengaruhi kehidupan di Bumi. Pengaruh-nya bergantian dari jam ke jam, dengan urutan mulai dari yang terjauh (menurut pengetahuan mereka) yaitu Saturnus, sampai yang terdekat yakni Bulan. Pada jam 00.00, Saturnus-lah yang dianggap berpengaruh pada kehidupan manusia. Karena itu, hari pertama disebut Saturday (hari Saturnus) dalam bahasa Inggris, atau Sabtu dalam bahasa Indonesia. Ternyata, jika kita menghitung hari sampai tahun 1 Masehi, tanggal 1 Januari  tahun 1, memang jatuh pada hari Sabtu. Bila diurut selama 24 jam, jam 00.00 berikut-nya jatuh pada Matahari. Jadi-lah hari itu sebagai hari Matahari (Sunday). Setelah Sun’s day adalah Moon’s day (Monday). Hari berikut-nya adalah Tiw’s day (Tuesday). Tiw adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Mars (dewa perang Romawi kuno). Berikut-nya adalah Woden’s day (Wednesday). Woden adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Merkurius (dewa perdagangan Romawi kuno). Berikut-nya lagi Thor’s day (Thursday). Thor adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Jupiter (dewa Petir, raja para dewa Romawi). Terakhir adalah Freyja’s day (Friday). Freyja adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewi Venus (dewi kecantikan Rowawi kuno).

Jumlah hari yang ada tujuh itu, dalam bahasa Arab, nama-nama hari-nya disebut berdasarkan urutan: satu, dua, tiga, sampai tujuh, yakni ahad, itsnain, tsalatsah, arba’ah, khamsah, sittah dan sab’ah. Bahasa Indonesia mengikuti penamaan Arab ini, sehingga menjadi Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at dan Sabtu. Hari keenam disebut secara khusus: Jum’at, sebab itu-lah penamaan yang diberi-kan Allah di dalam Al-Qur’an, yang menunjuk-kan ada-nya kewajiban shalat Jum’at berjamaah.

Penamaan Minggu berasal dari bahasa Portugis, Dominggo, yang berarti hari Tuhan. Ini berdasar-kan kepercayaan Kristen bahwa pada hari itu Yesus bangkit. Tetapi, orang Islam tidak mempercayai hal itu (berbeda agama maka beda pula cerita yang dicerita-kan agama masing-masing), sehingga lebih menyukai pemakaian “Ahad” daripada “Minggu”. 


Sumber Rujukan: